Betul-betul tak terasa Ramadhan sudah di penghujung rasanya sedih sekali, teramat sangat sedih. Andai semua bulan adalah bulan Ramadhan.... Kembali berdoa agar tahun depan bertemu dengan Ramadhan. Manfaatin moment terakhir ini untuk mendapat Lailatul Qadar nya. Sekilas info tentang 10 malam terakhir, silakan disimak baik-baik.
dakwatuna.com - Bulan Ramadhan merupakan momentum
peningkatan kebaikan bagi orang-orang yang bertaqwa dan ladang amal bagi
orang-orang shaleh. Terutama, sepuluh hari terakhir Ramadhan.
Sebagian
ulama kita membagi bulan ini dengan tiga fase: fase pertama sepuluh
hari awal Ramadhan sebagai fase rahmat, sepuluh di tengahnya sebagai
fase maghfirah dan sepuluh akhirnya sebagai fase pembebasan dari api
neraka. Sebagaimana diriwayatkan oleh sahabat Salman Al Farisi:
“Adalah bulan Ramadhan, awalnya rahmat, pertengahannya maghfirah dan akhirnya pembebasan dari api neraka.”
Dari ummul mukminin, Aisyah ra., menceritakan tentang kondisi Nabi saw. ketika memasuki sepuluh hari terakhir Ramadhan:
“Beliau
jika memasuki sepuluh hari terkahir Ramadhan, mengencangkan ikat
pinggang, menghidupkan malamnya dan membangunkan keluarganya.”
Apa rahasia perhatian lebih beliau terhadap sepuluh hari terakhir Ramadhan? Paling tidak ada dua sebab utama:
Sebab pertama,
karena sepuluh terkahir ini merupakan penutupan bulan Ramadhan,
sedangkan amal perbuatan itu tergantung pada penutupannnya atau
akhirnya. Rasulullah saw. berdo’a:
“اللهم اجعل خير عمري آخره وخير عملي خواتمه وخير أيامي يوم ألقاك”
“Ya
Allah, jadikan sebaik-baik umurku adalah penghujungnya. Dan jadikan
sebaik-baik amalku adalah pamungkasnya. Dan jadikan sebaik-baik
hari-hariku adalah hari di mana saya berjumpa dengan-Mu Kelak.”
Jadi,
yang penting adalah hendaknya setiap manusia meangakhiri hidupnya atau
perbuatannya dengan kebaikan. Karena boleh jadi ada orang yang jejak
hidupnya melakukan sebagian kebaikan, namun ia memilih mengakhiri
hidupnya dengan kejelekan.
Sepuluh akhir Ramadhan merupakan
pamungkas bulan ini, sehingga hendaknya setiap manusia mengakhiri
Ramadhan dengan kebaikan, yaitu dengan mencurahkan daya dan upaya untuk
meningkatkan amaliyah ibadah di sepanjang sepuluh hari akhir Ramadhan
ini.
Sebab kedua, karena dalam sepuluh hari terakhir Ramadhan di duga turunnya
lailatul qadar, karena
lailatul qadar bisa juga turun pada bulan Ramadhan secara keseluruhan, sesuai dengan firman Allah swt.
إنا أنزلناه في ليلة القدر
“
Sesungguhnya Kami telah turunkan Al Qur’an pada malam kemulyaan.”
Allah swt. juga berfirman:
شهر رمضان الذي أنزل فيه القرآن هدى للناس وبينات من الهدى والفرقان
“Bulan
Ramadhan,adalah bulan diturunkan di dalamnya Al Qur’an, sebagai
petunjuk bagi manusia dan penjelasan dari petunjuk dan pembeda -antara
yang hak dan yang batil-.”
Dalam hadits disebutkan:
“Telah
datang kepada kalian bulan Ramadhan, bulan di dalamnya ada lailatul
qadar, malam lebih baik dari seribu bulan. Barangsiapa diharamkan
darinya maka ia diharamkan mendapatkan kebaikan seluruhnya. Dan tidak
diharamkan kebaikannya kecuali ia benar-benar terhalang -mahrum-.”
Al qur’an dan hadits sahih menunjukkan bahwa
lailatul qadar
itu turun di bulan Ramadhan. Dan boleh jadi di sepanjang bulan Ramadhan
semua, lebih lagi di sepuluh terakhir Ramadhan. Sebagaimana sabda Nabi
saw.:
“التمسوها في العشر الأواخر من رمضان“.
“Carilah lailatul qadar di sepuluh terakhir Ramadhan.”
Pertanyaan
berikutnya, apakah lailatul qadar di seluruh sepuluh akhir Ramadhan
atau di bilangan ganjilnya saja? Banyak hadits yang menerangkan
lailatul qadar berada di sepuluh hari terakhir. Dan juga banyak hadits yang menerangkan
lailatul qadar ada di bilangan ganjil akhir Ramadhan. Rasulullah saw. bersabda:
“التمسوها في العشر الأواخر وفي الأوتار”
“Carilah lailatul qadar di sepuluh hari terakhir dan di bilangan ganjil.”
“إن الله وتر يحب الوتر”
“Sesungguhnya Allah ganjil, menyukai bilangan ganjil.”
Oleh karena itu, kita rebut
lailatul qadar
di sepuluh hari terakhir Ramadhan, baik di bilangan ganjilnya atau di
bilangan genapnya. Karena tidak ada konsensus atau ijma’ tentang kapan
turunya
lailatul qadar.
Di kalangan umat muslim masyhur bahwa
lailatul qadar
itu turun pada tanggal 27 Ramadhan, sebagaimana pendapat Ibnu Abbas,
Ubai bin Ka’ab dan Ibnu Umar radhiyallahu anhum. Akan tetapi sekali lagi
tidak ada konsensus pastinya.
Sehingga imam Ibnu Hajar dalam kitab “Fathul Bari” menyebutkan,
“Paling tidak ada 39 pendapat berbeda tentang kapan lailatul qadar.”
Ada
yang berpendapat ia turun di malam dua puluh satu, ada yang berpendapat
malam dua puluh tiga, dua puluh lima, bahkan ada yang berpendapat tidak
tertentu. Ada yang berpendapat lailatul qadar pindah-pindah atau
ganti-ganti, pendapat lain lailatul qadar ada di sepanjang tahun. Dan
pendapat lainnya yang berbeda-beda.
Untuk lebih hati-hati dan antisipasi, hendaknya setiap manusia menghidupkan sepuluh hari akhir Ramadhan.
Apa yang disunnahkan untuk dikerjakan pada sepuluh hari akhir Ramadhan?
Adalah
qiyamullail, sebelumnya didahului dengan shalat tarawih dengan khusyu’.
Qira’atul qur’an, dzikir kepada Allah, seperti tasbih, tahlil, tahmid
dan takbir, istighfar, do’a, shalawat atas nabi dan melaksanakan
kebaikan-kebaikan yang lainnya.
Lebih khusus memperbanyak do’a yang ma’tsur:
وَعَنْ
عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ : قُلْت : يَا رَسُولَ اللَّهِ ،
أَرَأَيْت إنْ عَلِمْت أَيُّ لَيْلَةٍ لَيْلَةُ الْقَدْرِ ، مَا أَقُولُ
فِيهَا ؟ قَالَ : قُولِي : اللَّهُمَّ إنَّك عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ
فَاعْفُ عَنِّي
Seperti yang diriwayatkan oleh Aisyah, bahwa beliau berkata: “
Saya
berkata: Wahai Rasul, apa pendapatmu jika aku mengetahui bahwa malam
ini adalah lailatul qadar, apa yang harus aku kerjakan? Nabi bersabda:
“Ucapkanlah: “Allahumma innaka afuwwun tuhibbul afwa fa’fu ‘anni.” (Ya Allah, Engkau Dzat Pengampun, Engkau mencintai orang yang meminta maaf, maka ampunilah saya.” (Ahmad dan disahihkan oleh Al-Albani)
Patut kita renungkan, wahai saudaraku muslim-muslimah:
“Laa takuunuu Ramadhaniyyan, walaakin kuunuu Rabbaniyyan. Janganlah kita menjadi hamba Ramadhan, tapi jadilah hamba Tuhan.”
Karena ada sebagian manusia yang menyibukkan diri di bulan Ramadhan
dengan keta’atan dan qiraatul Qur’an, kemudian ia meninggalkan itu semua
bersamaan berlalunya Ramadhan.
Kami katakan kepadanya:
“Barangsiapa
menyembah Ramadhan, maka Ramadhan telah mati. Namun barangsiapa yang
menyembah Allah, maka Allah tetap hidup dan tidak akan pernah mati.”
Allah cinta agar manusia ta’at sepanjang zaman, sebagaimana Allah murka terhadap orang yang bermaksiat di sepanjang waktu.
Dan karena kita ingin mengambil bekalan sebanyak mungkin di satu bulan ini, untuk mengarungi sebelas bulan selainnya.
Semoga Allah swt. menerima amal kebaikan kita. Amin
تقبل الله منا ومنكم صالح الأعمال.